Penyakit Belanda?

Pernahkah anda mendengar istilah penyakit Belanda?. Ini bukan nama penyakit medis sejenis flu atau lainnya, melainkan ini adalah sebuah penyakit dalam perekonomian suatu negara. Economist menemukan istilah penyakit Belanda sekitar tahun 1970-an. Istilah ini menggambarkan krisis yang terjadi di perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1960-an setelah ditemukannya ladang gas alam. Dalam kasus Belanda waktu itu, permintaan terhadap gas alam dari luar negeri meningkat, peningkatan ekspor gas alam menyebabkan permintaan terhadap mata uang negara itu juga meningkat. Dengan meningkatnya pembelian mata uang Belanda (gulden), maka nilai mata uang negara tersebut terhadap mata uang utama yaitu US dolar, franc Swiss dan lainnya akan menguat.

Dampak dari terjadinya penyakit Belanda ini, ekspor Belanda non-gas alam akan mengalami kerugian kompetitif karena harganya akan lebih mahal akibat penguatan mata uang dalam negeri. Hal ini disebabkan para produsen barang ekspor membiayai operasional perusahaannya dalam bentuk gulden dan mendapat pemasukan hasil ekspor dalam bentuk valuta asing utama misalnya US dolar. Penguatan gulden terhadap US dolar akan menyebabkan produsen barang ekspor non-gas alam memperoleh margin yang tipis dalam bentuk gulden, atau alternatifnya produsen mau tidak mau harus menaikkan harga barang ekspornya yang berdenominasi US dolar.

Gejala penyakit Belanda juga pernah dialami Rusia dalam kurun waktu 1998-2006 ketika ekspor minyak dan gas negara tersebut meningkat dan menaikkan nilai rubel Rusia dua kali lipat. Hal ini menyebabkan komoditas di luar minyak dan gas mengalami kerugian kompetitif. Persoalan harga memang hampir selalu menjadi pertimbangan utama, namun bicara soal competitiveness barang ekspor tidak melulu soal harga, melainkan juga kualitas. Ingat, akan selalu ada tempat di hati konsumen untuk produk berkualitas.